April 28, 2024
Artikel Mode

PERUSAHAAN FASHION UTAMA MENGEKSPLOITASI INDUSTRI PAKAIAN BANGLADESH

Perusahaan dan merek fesyen besar seperti zara, H&M, dan GAP ditemukan mengeksploitasi pekerja industri garmen Bangladesh, dengan praktik yang tidak adil dan membayar pemasok lebih sedikit biaya produksi, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan beberapa hari lalu.

Studi ini yang mensurvei banyak pabrik dan perusahaan Bangladesh yang membuat pakaian untuk merek dan pengecer global selama pandemi COVID menemukan bahwa mereka mendapatkan harga yang sama meskipun terjadi pandemi global dan kenaikan harga.

Lebih dari separuh pabrik garmen mengalami pembatalan pesanan, penolakan pembayaran, penurunan harga atau penundaan pembayaran barang dan banyak hal lainnya yang menyebabkan mereka mengalami kerugian dalam perdagangan.
Hal-hal ini menyebabkan penurunan upah karyawan, kehilangan pekerjaan dan banyak lagi kerugian bagi mereka di masa kritis covid di mana semua orang menderita. Pada saat itu hal-hal yang tidak adil ini membuat keadaan semakin buruk bagi mereka.

Banyak pengecer dan merek yang disebutkan dalam penelitian ini, di mana 37 persen dilaporkan telah terlibat dalam cara dan cara yang tidak adil, termasuk Inditex Zara, H&M, Lidl, GAP, New Yorker, Primark, Next dan perusahaan lainnya.
Studi tersebut juga menemukan bahwa satu dari banyak pabrik bahkan berjuang untuk membayar upah minimum yang sah ketika dibuka kembali setelah penguncian tahun 2020.
Studi bahkan merekomendasikan untuk menetapkan mode sesuatu yang akan membantu menghentikan atau mengurangi praktik tidak adil dengan memastikan bahwa pembeli/pengecer tidak dapat memberikan risiko kepada pemasok mereka dan bahwa pengecer dan merek berdasarkan praktik komersial yang adil.

Pada bulan Agustus, industri garmen Bangladesh menghadapi banjir akibat melambatnya permintaan global dan krisis energi di dalam negeri yang mengancam akan melemahkan dan memperlambat pemulihan pandemi negara tersebut.

Pada bulan yang sama, banyak pengecer global besar menyetujui pakta dua tahun dengan pekerja dan pemilik pabrik industri garmen di Bangladesh, memperpanjang perjanjian yang sudah ada sebelumnya yang membuat pengecer bertanggung jawab jika pabrik mereka tidak memenuhi standar keselamatan tenaga kerja, termasuk perusahaan besar dan brandH&M, Inditex, Uniqlo dari Fast Retailing, Hugo Boss, dan Adidas.

Eksploitasi pekerja industri garmen dan buruknya standar keselamatan kerja menjadi sorotan setelah runtuhnya kompleks Rana Plaza pada tahun 2013 yang menewaskan lebih dari seribu pekerja garmen. Ini dianggap sebagai insiden paling mematikan dalam sejarah industri garmen.

SUMBER GAMBAR : Freepresskashmir

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDBahasa Indonesia